Aspirasi politik masyarakat Islam
di Indonesia berdasarkan hasil survei LSI Network pada Maret 2013 cenderung
mengarah pada partai nasionalis. Survei tersebut dilakukan di 33 provinsi di
Indonesia dengan 1.200 responden. Elektabilitas PKB tercatat 4,5 persen, PPP 4
persen, PAN 4 persen, dan PKS 3,7 persen. Partai Golkar memperoleh 22,2 persen,
PDI Perjuangan 18,8 persen, Partai Demokrat 11,7 persen, dan Partai Gerindra
7,3 persen. Total persentase tersebut 76,2 %, artinya 23,8 % berada pada partai
yang lain.
LSI menegaskan, bahwa Partai
berbasis Islam yaitu PKB, PPP, PAN dan PKS sulit untuk bangkit pada pemilu 2014
mendatang. Namun hasil survei tidak berbanding lurus dengan pilgub Jabar dan
Sumut yang baru berlangsung beberapa hari yang lalu. Karena kandidat pasangan
yang diusung Partai Islam justru memenangkan pemilihan. Ahmad Heryawan dan
Deddy Mizwar terpilih menjadi Gubernur dan wakil gubernur didukung oleh partai
politik Islam yakni Partai Keadilan Sejahtera (PKS), PPP. Pasangan Gatot -
Tengku Erry yang diusung PKS dan PKNU sebagai partai Islam juga memenangkan
Pilgub di Sumut.
Akhir tahun 2012, Indonesia
Corruption Watch (ICW) menyatakan PKS bersama Hanura menjadi partai terbersih
sepanjang tahun 2012. ICW mencatat tidak ada satupun kader dari kedua partai
itu yang terlibat kasus korupsi. Meskipun PKS sering mendapat fitnah bahwa
kader partai banyak yang korupsi, namun hingga detik ini belum ada satupun yang
terbukti korupsi.
Saat menjabat sebagai Sekjen PKS
Anis Matta pernah dituduh oleh anggota Banggar DPR, Tamsil Linrung juga
disebut-sebut terlibat dalam kasus DPPID dan Hambalang. Wasekjen PKS Mahfudz
mendapat tudingan miring terlibat kasus korupsi PT. Berdikari, perusahaan BUMN
yang bergerak di bidang penyediaan pupuk. Termasuk kasus LHI, KPK juga belum
memenuhi bukti yang memberatkan mantan PKS tersebut. Artinya penelitian yang
dilakukan ICW cukup representatif dalam dunia nyata, tidak sebatas kata tanpa
fakta.
Citra partai Islam berada di
pundak PKS. Walaupun terbilang masih partai muda dibandingkan PPP, namun sistem
pengkaderan yang diterapkan mampu mendulang loyalitas kader. PKS adalah
satu-satunya partai yang unik dengan jenjang pengkaderan yang elegan. Secara
keseluruhan reting elektabilitas partai Islam memang menurun dalam menyomngsong
pemilu 2014, namun PKS tetap bertahan dan meningkat.
PKS kini masuk dalam jajaran
partai yang diperhitungkan di Indonesia. Dari pemilu ke pemilu, PKS terus
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Pada pemilu 1999, PK meraih suara
sebesar 1,3%. Setelah berganti nama di tahun 2004 menjadi PKS, prestasi partai
cukup menakjubkan, mampu memperoleh 7,34% suara. Pada pemilu 2009 PKS kembali
menaikkan suaranya hingga 7,9%.
Sejak kelahiran PKS, masyarakat
perlahan menaruh harapan besar agar partai yang didirikan para aktivis dakwah
kampus menjadi lokomotif perubahan di Indonesia. PKS memprakarsai gerakan
partai di Indonesia yang memandang Islam secara keseluruhan. Tidak memisah –
misahkan antara satu bidang dengan yang lain atau parsial dalam beragama.
Karena politik adalah bagian dari perintah agama.
Bisa dibilang, hanya PKS
satu-satunya partai Islam yang bisa dikatakan mampu bersaing di kancah politik
nasional. PKS bisa disebut sebagai representasi kekuatan politik Islam yang
cukup signifikan meski belakangan menyatakan diri sebagai partai terbuka.
Sementara partai Islam jangankan menyamai PKS, untuk eksis pun sudah kesulitan.
Partai Persatuan Pembangunan (PPP) misalnya, setelah memperoleh suara yang
cukup signifikan di 2004, malah terpuruk pada Pemilu 2009 lalu. Lebih-lebih
PBB, PBR dan PKNU yang sekarang ini gagal lolos verifikasi KPU untuk menjadi
peserta Pemilu 2014. (Politik.Kompasiana.com)
PKS sebagai partai yang setelah
berhasil bermetamorfosis dari partai ideologis menjadi elektoralis yang
mengedepankan isu-isu untuk semua kalangan. Perubahan PKS menjadi partai
terbuka merupakan sebuah stategi kemenangan untuk mengakomodir seluruh
kepentingan rakyat. Menurut Greg Fealy, pengamat Indonesia dari Australian
National University (ANU), PKS merupakan partai Islam paling sukses kedua di
dunia yang bertarung melalui mekanisme demokrasi elektoral setelah Partai
Keadilan dan Pembangunan di Turki.
Rakyat mulai cerdas dalam
menentukan pilihan. Masyarakat muslim di Indonesia tidak seburuk pandangan yang
disampaikan fungsionaris Forum Umat Islam (FUI) Ustad Bernard Abdul Jabbar
tentang parpol Islam, beliau mengunggakpan bahwa kesalehan masyarakat sekarang
hanya pada tingkat ibadah ritual. Cara berIslamnya seperti yang dulu disarankan
Snouck Hurgronje. Masyarakat boleh religius, tetapi dibuat apolitik. Tuturnya
di Jakarta, Senin (11/3/2013).
Penulis memandang sebaliknya,
walaupun secara persentase jumlah penduduk Indonesia mengalami penurunan dari
95% - 85%, namun antusias mempelajari agama bagi masyarakat muslim semakin
meningkat dan religius. Dengan banyaknya pembelajaran yang diperoleh dari
berbagai pengajian, secara perlahan masyarakat memahami bahwa tanggung jawab
pembenahan negara adalah bagian dari Islam. Oleh karena itu, rakyat cenderung
terbuka menerima perubahan yang terjadi dalam wajah parpol Islam.
Artinya ada ketimpangan data yang
dikeluarkan LSI dengan realita yang terjadi. Pada satu sisi PKS dianggap tidak
akan mampu bersaing dalam pemilu 2014, pada sisi yang lain pula kemenangan
pilgub Jabar dan Sumut oleh PKS cukup representatif membuktikan kepercayaan
masyarakat. Secara dejure PKS tidak dipertimbangkan, namun secara defacto PKS
menjadi primadona partai Islam dalam pemilu 20014 mendatang. Biarkan waktu yang
akan membuktikan.
Rusmini Bintis
http://politik.kompasiana.com/2013/03/29/elektabilitas-parpol-islam-turun-naik--546708.html
0 komentar:
Posting Komentar