Dibandingkan para politisi handal
yang bercokol di Golkar. Atau para politisi berpengalaman asam dan garam yang
menyebar ke Demokrat, PAN sampai ke Nasdem. Atau dibandingkan politisi yang
berasal dari keluarga dinasti besar para tokoh ideologis bangsa ini seperti
PDIP atau lainnya. PKS itu apa?
PKS cuma kumpulan aktivis
mahasiswa atau pelajar hijau yang mungkin gak ngerti soal kadal-kadalan politik
negeri ini. Mungkin banyak bengong dan kagetnya melihat kelihaian para begawan politik memutar kata dan perhatian
publik untuk sebuah kepentingan. Mungkin banyak tersentak kaget melihat
mudahnya mengatur negara dengan segala kekayaannya tiba-tiba berpindah-pindah
namun gak ngerti kapan bikin sejahtera rakyatnya.
Kalau kumpulan para politisi
handal di Golkar itu ibarat NUDI di X-Factor. Dimana di sana berkumpul
jagoan-jagoan nyanyi yang berkolaborasi sehingga semakin hebat.
Kalau keluarga dinasti politisi
itu ibarat Novita Dewi X-Factor yang memang memiliki bakat dan lahir dari
keluarga penyanyi dan sudah lama bernyanyi dan berkompetisi.
Kalau PKS itu hanya seorang yang
hijau dalam berpolitik tanpa ada tokoh dan bakat keluarga. dan bermain dengan
kemunculannya yang penuh dengan X-Factor sebagaimana munculnya Fatin, yang
bikin iri banyak orang. Tanpa pengalaman dan tanpa tokoh.
PKS yang cuma ditiban kasus
murahan serendah kasus LHI yang lebih kentara kaya filmnya warkop DKI. Dengan
warna wanita yang lebih nampak ditambah bau busuk kolornya Fathonah. Namun
dengan itupun PKS tidak bisa membuat berhenti atau selesai dan jelas dengan
cepat.
Berbeda dengan kasus-kasus mahal
seperti Century dan Hambalang yang begitu mewah, elegan dan besar nilainya.
Bahkan sampai KPK mesti harus bertandang ke negara nun jauh di sana. Namun
kehebatan para politisi itu pun dengan mudah menelikung kasus-kasus itu dengan
tangan sakti agar terhenti.
Maka, PKS hanya bisa berjuang
dengan bakti sosial pengobatan seadanya, membantu orang kesusahan dengan
secepatnya, atau menjaga agar BBM tidak naik. Dan beberapa hal sederhana
lainnya, yang mungkin tidak dengan strategi politik yang njelimet.
Maka, pandanglah kami dalam
kebodohan ini, apakah ada gurat wajah kelicikan pada wajah-wajah kami?
Maka, tataplah mata-mata ini,
apakah ada sorot keserakahan ingin menyedot habis darah negeri ini?
Maka, dengarlah suara hati kami;
bila perlu kami mengeluarkannya, bahwa bangsa dan rakyat ini lebih kami cintai
dari diri kami sendiri…
Kami bukan ingin membela diri.
Kami hanya ingin menunjukkan penyerahan diri kami dalam bakti kepada negeri.
Kami tidak merasa benar sendiri.
Kami hanya ingin menunjukkan sepotong kebenaran yang kami miliki dan akan kami
cari pasangannya dari anak bangsa lainnya yang sama memiliki kecintaan kepada
bangsa ini.
Kami hanya yakin, bangsa ini bisa
kembali maju dan berjaya, ketika kita mau bersatu kembali dalam fitrah persatuan
dan kesatuan sejati warisan nenek moyang bangsa ini.
0 komentar:
Posting Komentar