Assalamualaikum wr wb
Sanak jari sax ke tunax male,
Sudah berapa kali manusia
menumbangkan pemimpin yang dipilih sendiri maupun diktator penyerobot
kekuasaan. Sudah berapa banyak ketua partai, ketua yayasan, ketua RT, Kadus,
Kada sampai presiden yang digrogoti dan tumbang. Banyak sekali kisah raja
diraja yang sangat berkuasa akhirnya dibunuh atau dibuang ke pengasingan.
Kita beramai ramai menghujat
pemerintah yang adalah sebuah institusi yang hanya ada kalau kita masih
mengehndakinya. Bayangkan kalau semua rakyat tidak memandang sebelah mata
gubernur atau TG maka serta merta akan pergi sendiri tanpa didemo. Demikian itu
adalah sebuah keadaan yang kita bisa atur dan jalankan tanpa ribut apalagi
berdarah darah.
Masyarakat dan kebanyakan dari
kita cendrung ribut diakhir karena pedulinya hanya pada akibat bukan pada
sebab. Mengapa pemerintahan kini sangat korup, kotor, jahat, kacau, tidak
mampu bekerja efektif dan rakyat dalam
jumlah besar miskin absolut dan miskin ala statistik?.
Kalau kita harus jujur maka yang
salah adalah seluruh kita yang menjadi penduduk negeri ini.
Gerakan Gumi Sasak Darussalam (GSD)
lahir karena kita sudah cukup menderita dan tertipu, enough is enough!. Kita
tidak lagi ribut diujung khaos. Tetapi kita merancang masyarakat yang kelak
hidup dalam gumi yang damai penuh kasih. Gerakan ini adalah gerakan politik
yang merancang dengan cermat pembangunan
manusia dari masa awal pertumbuhannya.
Kelak manusia manusia yang
dirancang dengan seksama sesuai dengan fitrahnya itu akan mengemban tugas
dengan tangan sejuk bercitra nabi untuk
ummatnya, dengan langkah tegap seorang jendral untuk pasukannya, dengan
pandangan teduh seorang ayah pada anak anaknya, dengan petunjuk detail seorang
arsitek bagi pekerjanya, dengan kalimat jelas dan terang seorang politisi
bersih memperjuangkan nasib jelata, denga pencerahan seorang guru bagi
muridnya, dengan keindahan syair
pujangga bagi pendengarnya, dengan ketekunan petani yang menyiangi dan
memupuki padinya, dengan kejujuran seorang buruh yang bekerja keras untuk
memberi makan keluarganya.
Siapapun yang datang kepada GSD
pertama dan yang utama adalah dengan membawa sebongkah daging merah dibalik
dadanya yang dapat mengharu biru atau memperbaiki diri dan dunia ini, yang
sudah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan nawaitu yang semata mata
mengarah pada pengabdian utuk lillahita’ala demi melepaskan belenggu
keterpurukan, keterbelakangan, kesia siaan hidup, kekurangan dan keterbatasan,
kebodohan, kemiskinan, ketidak jujuran, kolusi, korupsi dan nepotisme,
ekploitasi segala bidang yang sudah,
sedang dan akan terjadi pada kehidupan anak bangsa Sasak dan penduduk atau
warga Gumi Paer Lombok ini.
Memperbaiki keadaan yang sangat
kompleks ini tidak bisa dengan cara lain
dan hanya ada satu jalan yaitu revolusi diri. Pendidikan yang gagal seharusnya
tidak hanya murid yang disekolahkan tetapi harus ada sekolahan untuk orangtua
murid dan pemimpin, baik umara maupun ulama. Bukankah klita tidak berhenti
belajar dari buaian sampai liang lahat?. Orang tua gagal mendidik anaknya
adalah karena mereka sendiri tidak berpengetahuan, megapa mereka dibiarkan
begitu saja sementara kita mewajibkan anak anak mereka yang masih kecil untuk
sekolah. Janganlah kita merealisasi sindiran ngeri yang mengatakan sapi menyusu
pada anaknya!
Ketika orang tua diperintah
anaknya maka hancurlah segenap tatanan yang dibangun 7000 tahun sejak nabi Adam
AS ini.
Demokrasi meskipun jelek tapi
kita toh sudah sepakat menerapkannya. Masalahnya adalah kita banyak
dimanfaatkan karena kita mengadopsi sesuatu yang belum kita fahami tapi sudah
silau mentang mentang datangnya dari cowboy dan komprador sebagai agennya. Kita
mula mula harus menyiapkan anak bangsa kita mampu memimpin diri sendiri. Kalau
mereka sudah dapat memimpin diri makan segalanya akan lebih mudah diatur dan
dikembangkan kearah kesejahteraan bersama.
Kita harus memilih orang yang
menjalankan roda pemerintahan sebagai pelayan kita dan mereka tidak boleh
berfoya foya diatas derita jelata. Mereka seharusnya seperti halnya pelayan
mendapatkan gaji pelayan, kendaraan bis
atau sepeda, dan ketika mereka hendak memberi makan rakyat maka
merekalah yang pertama harus makan dengan beras yang dibagikan kepada si jelata
itu.
Pemimpin harus konsekuen, pelayan harus makan dan hidup sesuia keadaan
tuan yang mempekerjakannya. GSD hadir untuk merevolusi mental spiritual
segenap anak bangsa dari yang muda sampai yang tua.
Belajar dari
filosofi POTENG yang banyak dijadikan lelucon oleh orang yang kurang berilmu.
Bahwa poteng itu bisa jadi apabila, ketannya bermutu dan dimasak dengan
kematangan sempurna. Bahwa wadah harus dibersihkan dengan air campur kapur
untuk suci hama, bahwa raginya harus pas dan saat matang sempurna akan terasa
manis dan nikmat.
GSD adalah hasil dari persiapan
wadah yang bersih, manusia yang matang dan bersih, serta ilmu yang murni dan
berakhlak. Terjadinya fermentasi hanya bisa pada tempat yang sudah
diperhitungkan, waktu, jumlah ragi sebanding dengan bahan dan semakin hari
semakin bagus mutunya berkat perkembangan teknology yang terus diperdalam dan ditingkatkan.
Kita berkumpul di GSD untuk
saling bahu membahu kalau perlu kita tiru inax kita yang dengan lihai meracik
bumbu beberox atau pelecing dengan tanganya yang lembut membuat saos yang pedas
sehingga kita bersemangat luar biasa dengan kenikmatan sambal kelas dunia. Kita
jangan ragu dan apalagi ketakutan kalau harus bergesek bagai bumbu yang diulek
inax itu, sebab hanya dengan jalan demikianlah kita beroleh keberkatan nikmat
setinggi langit.
Akhirnya, saya menyampaikan
selamat bertemu dalam SANGKEP bangse Sasak pada hari ini Sabtu, 17 September
2011. Semoga Allah SWT memberi jalan bagi jiwa-jiwa yang ikhlas dan tumbuhlah
patriot sejati yang militan dari anak bangse Sasak ini. Selamat berjuang.
Maju dan Jayalah Bangse Sasak
Wallahulambissawab
Demikian dan maaf
Yang ikhlas
Hazairin R. JUNEP
Sumber: berugak.com
0 komentar:
Posting Komentar