Pernah tercatat dalam sejarah
layaknya sebuah dongeng kepahlawanan, tapi kisah ini benar benar terjadi.
Ditunjukkan bagaimana hasilnya pembinaan berdampak akan kuatnya iman dan tauhid
bersamaan dengan gemblengan akidah melalui amal perjuangan. Teguhnya keyakinan
Tauhid yang terangkat oleh amal soleh menuju Rabb nya untuk menjawab ujian dan
godaan syetan yang mereka alami. Kisah ini tercatat dalam sejarah perang
mu'tah.
Saat itu Rasulullah SAW telah
mengirimkan pasukannya ke Mu'tah dibawah komando Zaid bin Haritsah. Pesan
beliau bila dia gugur hendaklah digantikan oleh Jafar bin Abu Thalib, dan kalau
ia gugur maka diambil alih oleh Abdullah bin Rawahah, pasukan ketika itu
berjumlah 3.000 orang, dan pasukan romawi kala itu berkisar 100.000 prajurit ,
suatu jumlah yang tak berimbang. Suatu jumlah secara matematis pastilah pasukan
kaum muslimin akan hancur luluh lantak , bayangkan 1:33 , berarti kalaupun
pertempuran dianggap imbang/seri berarti setiap prajurit mukmin yang terbunuh
atau tidak terbunuh haruslah bisa membunuh 33 orang musuh.
Ketika tiba saat pelepasan
pasukan untuk berangkat, salah satu dari ketiga panglima tersebut meneteskan
air matanya sehingga orang orang bertanya,”mengapa engkau menangis, ya Abdullah
bin Rawahah?”
Dia menjawab,” Demi Allah, aku
meneteskan air mata bukan karena cintaku pada dunia dan bukan pula karena berat
berpisah dengan kalian, melainkan karena aku telah mendengar Rasulullah membaca
firman Allah tentang api neraka :
“Dan tak seorangpun dari padamu,
melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Tuhanmu adalah suatu kemestian
yang sudah ditetapkan “ (Maryam : 71). "Sedangkan aku tak tahu bagaimana
nanti setelah aku melaluinya.” Orang sekitarnya berkata,”Allah
beserta kalian dan akan mengembalikan kalian dalam keadaan baik.”
Rasulullah sendiri membayangkan
perang yang akan dihadapi akan menjadi luar biasa dasyat, karena itu beliau
sendiri mengantarkan pasukannya hingga sejauh mungkin , seolah olah beliau
hantarkan pasukan yang tak pernah kembali lagi dengan beliau, mengantarkan
sesuatu yang akan terpisah di alam dunia, beliau antarkan sampai ke area
Taniyah Al Wada…
Beberapa hari kemudian, ketika
pasukan ini tiba di suatu dusun bernama Ma’an, mereka mendengar berita bahwa
pasukan romawi telah berada di Ma’ab di daerah Al Balqa dengan 100.000
prajurit.
Mendengar itu semua, ada
ketakutan dan keraguan di antara pasukan, sehingga pasukan muslimin memaksa
tinggal selama dua malam di Ma’an , waktu persiapan tersebut digunakan untuk
menyusun dan memikirkan langkah strategi selanjutnya, karena lawan yang
dihadapi sangat besar dan tangguh dalam jumlah dan peralatan perangnya.
Hingga diantara mereka ada yang
mengusulkan, ”kita laporkan saja kepada Rasulullah SAW agar dikirimkan bantuan
atau diturunkan perintah untuk kita laksanakan,”
Tapi melihat kondisi adanya
indikasi keraguan akan kekuatan pasukan muslimin, berdirilah Abdullah bin
Rawahah membangkitkan semangat pasukan , dan ia berujar,
“Wahai kaumku, demi Allah ,
sesuatu yang tidak kalian senangi tapi saat ini kalian keluar untuknya hanyalah
untuk mati syahid. Kita memerangi musuh bukan berdasarkan jumlah prajurit atau
kekuatan senjata, kita tidak berperang kecuali demi agama , yang dengan ini
Allah melimpahkan karuniaNya kepada kita. Oleh karena itu, mari kita hadapi
mereka bersama sama. Perang ini akan memberi kita satu dari dua kebaikan,
kemenangan atau kematian sebagai syuhada.”
Seruan Abdullah berhasil membakar
semangat para prajurit muslim. Mereka berkata satu sama lain, ”Abdullah bin
Rawahah benar.”
Maka mereka pun terus bergerak
maju cepat diringi syair syair perjuangan yang dibacakan Abdullah bin Rawahah
dengan lantang dan jelas , hingga hilanglah rasa takut akan banyaknya serdadu
musuh yang akan dihadapi.
Tibalah di daerah Balqa di desa
Masarif, mereka berjumpa dengan pasukan Heraklius yang terdiri dari gabungan
orang orang Arab dan Romawi. Ketika musuh makin dekat, pasukan muslimin
bergeser ke Mu'tah, sebuah desa yang dipandang lebih sesuai untuk menyusun
strategi serangan. Dari sini pasukan muslimin bergegas mengatur barisan
pasukannya. Pasukan sayap kanan dipimpin oleh Qutbah bin Qatadah, seorang dari
Bani Udzrah. Sayap kiri di bawah komando seorang Anshar bernama Abayah bin
Malik.
Menurut riwayat Bukhari dari Anas
bin Malik, Rasulullah telah mengetahui bahwa para panglima yang ditunjuknya
syahid sebelum berita mengenai itu tiba di Madinah. Beliau sangat berduka
karenanya dan dikisahkannya kepada segenap muslimin madinah.
Ketika perang pecah di Mut’ah,
Rasulullah sedang duduk di mimbar. Sementara mata beliau sembab tergenang air
mata. Tergambar di mata beliau pertempuran sengit di Syam itu rupanya, sehingga
beliau berkata,
“Zaid sedang membawa panji panji
kemudian setan datang merayunya agar cinta dunia dan takut mati. Dia memarahi
dirinya,”sekarang, saat datang ujian atas iman, engkau hendak menyukai dunia?
Lalu ia maju bertempur dengan ganas sampai menemui ajalnya.
Rasulullah kemudian melakukan
sholat ghaib untuk Zaid, setelah itu beliau melanjutkan ceritanya,beristighfarlah
untuknya. Dia telah masuk surga sebagai syuhada.
Gemuruh takbir dari para sahabat
….Allahu Akbar……!!!
Kini panji panji dipegang oleh
Jafar bin Abu Thalib, setan kembali menggoda dengan cinta dunia, senang hidup,
dan benci mati, lalu dia berkata,”sekarang di saat iman diuji di hati mukminin,
engkau datang pula merayu rayu!” dia maju sampai gugur sebagai syuhada.
Rasulullah melakukan sholat ghaib
baginya dan berkata, “Doakanlah saudaramu ini, dia masuk surga dengan sepasang
sayap.”
Kembali gemuruh takbir dari
sahabat…Allahu Akbar…!!!
Beliau melanjutkan , “Panji panji
itu sekarang beralih ke tangan Abdullah bin Rawahah. Dia pun akhirnya gugur,
lalu pergi ke surga dengan mundur.” Golongan Anshar cemas mendengar itu dan
bertanya, “Mengapa demikian , ya Rasulullah?
“Pada saat dia cedera, ia
menyalahkan dirinya dan sempat putus asa. Tapi kemudian semangat juangnya
kembali berkobar dan berjuang sampai syahid dan masuk surga.”
Kembali gemuruh takbir dari para
sahabat…Allahu Akbar…!!!
ALLAHU AKBAR ALLAHU AKBAR ALLAHU
AKBAR gemuruh menyambut kabar syahidnya para sahabat , saudara mereka sesama
muslim memasuki surga tanpa hisab…. Suatu gambaran yang indah dan penuh haru,
karena para sahabat yang saat itu hadir didepan mimbar tersebut rindu sekali
dan ingin sekali meraih surga seperti ketiga panglima perang yang dikabarkan
oleh Rasul tercintanya.
Terukir pula dalam sejarah, syair
Abdullah bin Rawahah menjelang syahidnya :
“ Aku bersumpah, Wahai jiwaku
Masuklah engkau, masuklah ke
medan perang
Atau kupaksakan padamu
Bila semua orang telah berbaris
berteriak , MAJU…!
Mengapa masih juga membenci
surga?
Sudah lama hidupmu dalam
ketenangan
Engkau tidaklah lebih dari
setetes mani tua.”
Akhirnya diapun maju seraya
berkata :
“Jiwa, oh jiwa
kalaupun tak terbunuh disini
dirimu pasti kan mati
inilah jalan keabadian paling
sempurna
saat dinanti telah tiba
lakukanlah seperti keduanya (Zaid
Bin Haritsah dan Jafar Abu Thalib yang telah syahid lebih dulu)
engkau tentu bahagia
Ketika hendak ia memulai
serangan, seorang sepupunya mendekat sambil menyodorkan sepotong daging bakar
seraya berucap,”makanlah ini agar lebih kuat.” Di cuwilnya sedikit, ketika
kemudian telinganya mendengar gemuruh pertempuran di sekitarnya, dia tersadar
dan memarahi dirinya sendiri,”engkau masih di dunia!” segera dicampakkannya daging
di tangannya dan tanpa menunda nunda lagi, ia turun ke medan perang, bercampur
dengan pedang berkelebat kesana kemari berkilauan tertimpa sinar mentari sampai
syahidlah ia menyusul sahabat sahabatnya.
……
Begitulah bila iman sudah meresap
di dalam hati mereka, yang dihadapan mereka hanya indahnya surga, walau mereka
masih didunia. Segala godaan dan ujian dunia mereka hempaskan, mereka buang
jauh jauh godaan tersebut. Mereka tidak menimbang faktor dunia sebagai penentu
langkah perjuangannya, dan mereka tidak mundur dan tidak berbalik melihat
jumlah pasukan yang tidak imbang, atau bahkan karena disebabkan kurangnya dan
habisnya logistik, mereka tidak lari kebelakang, mereka tidak memikirkan
kepentingan pribadi mereka sendiri, mereka bersatu kala ancaman datang kepada
mereka. Mereka hanya ada satu harapan yaitu mereka ingin masuk surga.
Semoga kita semua yang telah
mengaku ingin berjuang untuk Islam tidak terbuai dengan banyaknya dunia yang
kita miliki sehingga tujuan dakwah menjadi menyimpang atau sebaliknya merasa
lemah karena kurangnya atau habisnya logistik perjuangan sehingga meninggalkan
jalan dakwah… Semoga Allah berikan ketegaran dan kesabaran dalam menjalani
pahit manisnya jalan dakwah ini yang penuh liku dan mengikuti jejak para Nabi,
para sahabat, dan para mujahid dakwah hingga akhir zaman menuju surgaNya Allah…
Aamiin
0 komentar:
Posting Komentar