Dalam twitternya, Anas Urbaningrum (tersangka yang masih
bisa twitteran) menilai, UN (ujian Nasional) memiliki kemiripan dengan pemilu.
Khususnya terkait distribusi naskah ujian. “Problem distribusi naskah UN mirip
distribusi logistik pemilu nasional,” katanya.
Tapi disini kita tidak akan menyoroti UN sebagaimana twitter
Anas. Kita akan melihat persamaan UN dengan Pemilu dilihat dari persiapan yang
dilakukan dalam menghadapinya.
Sebagaimana yang diungkapkan Mario Teguh dalam acara Golden
Ways tadi malam di MetroTV, UN membutuhkan persiapan. Persiapan UN tidak hanya
belajar, tetapi juga mental yang kuat. Model belajar dalam menghadapi UN itu
yang paling efektif adalah belajar sedikit demi sedikit, diulang-ulang dan
butuh waktu yang panjang. Maka dari itu jika ada siswa yang belajar UN semalam
suntuk atau belajar keras ketika mendekati UN, maka tingkat stressnya tinggi.
Sikap cool dan tenang dalam menghadapi UN itu tidak serta
merta didapatkan dengan contekan atau bocoran soal, tetapi perasaan tenang itu
didapat karena persiapan sudah matang dan selain itu juga adanya faktor tuhan
yang memberikan ketenangan pada hati.
Jika seorang siswa sudah menerapkan belajar sedikit,
diulang-ulang sampai tak sadar kalau dia sudah memahami dan hafal dengan materi
yang akan diujikan maka kemungkinan dia lulus sangat besar, tak hanya itu
kemungkinan dia mendapatkan nilai terbaik juga besar.
Sebagaimana yang terjadi pada siswa ketika menghadapi UN,
partai politik juga memiliki perasaan yang sama dalam menghadapi pemilu. Ada
perasaan tidak lulus ambang batas parlemen dan ada pula yang sudah terlalu pede
lulus, tapi belum yakin bisa menjadi juara. Ingat, kata pak Mario Teguh,
ketakutan dan ketidakpercayaan diri itu disebabkan karena kurangnya persiapan.
Parpol yang takut tidak lulus jelas mempunyai persiapan yang
minim dalam menghadapi pemilu. Persiapan minim itu ada pada banyak hal terutama
kesiapan dukungan masayarakat untuk memilih parpol. Dukungan masyarakat bisa
didapatkan jika memang parpol secara rutin, terus menerus dan dalam jangka
waktu yang lama berinteraksi dengan masyarakat. Sepertihalnya model belajarnya
siswa yang menggunakan sistem belajar semalam suntuk, sebagian besar parpol
akan turun dan berusaha meraih dukungan masyarakat hanya menjelang pemilu.
Golkar dan PDIP selama ini dikenal sebagai partai dengan
basis masa yang luar biasa. Ibarat kata, ketika orang disuruh menyebutkan nama
parpol, maka jawabannya untuk 2 partai teratas adalah PDIP dan Golkar. Berbeda
dengan parpol lain yang memang belum dekat secara identitas dengan pemilih akan
punya PR untuk mensosialisasikan parpolnya selain program kerjanya dan
caleg-calegnya.
PKS adalah partai dengan tipe kampanye seperti yang
dikatakan Mario Teguh yaitu sedikit-sedikit, diulang-ulang dan dalam waktu yang
lama. Hal ini bisa dilihat ketika ada tetangga yang kesusahan, maka kader PKS
akan segera membantu. Jika ada bencana alam maka Kader PKS yang akan datang
lebih dulu, bahkan lebih awal dari bantuan resmi pemerintah. Kedekatan kader
PKS dengan masyarakat juga sangat baik. Jika ada seorang kader PKS yang rajin
sholat berjama’ah di satu masjid dena setiap kesempatan berjama’ah dia bisa
berinteraksi dengan 10 orang dan itu berulang dan terjadi secara terus menerus
maka itu juga merupakan persiapan pemilu. Kedekatan kader PKS dengan masyarakat
memang tidak dikarenakan pemilu tetapi lebih kepada pencitraan diri seorang
muslim yang tidak hanya mementingkan kesholehan pribadi tetapi juga kesholehan
sosial. Tetapi ini jelas akan berimbas pada pemilu.
Jika kader parpol sudah dekat dengan masyarakat, maka tanpa
disuruhpun ketika pemilu dia akan memilih parpol karena selama ini melihat
profil kader parpol yang begitu dekat. Bukan hanya urusan pemilu, urusan berita
di mediapun juga akan sama, masyarakat akan cenderung bertanya dan
mengklarifikasi apa yang dilihat dan didengarnya dari media kepada kader parpol
yang selama ini telah dekat. Dengan kata lain masyarakat akan berkata “aku
memilih partai ini karena aku sudah mengenal kadernya”
Jika dilihat dari kesiapan dalam pemilu, maka kemungkinan
besar PKS akan lulus dengan predikat nilai terbaik. Maka tak salah jika PKS mengusung target
masuk 3 besar. Dan yang masih saya tanyakan itu adalah, 3 besar itu kan gak
mesti nomer 3 kan, no 2 atau 1 kan termasuk 3 besar.
Qoruun | Kompasiana
http://politik.kompasiana.com/2013/04/15/jika-un-pemilu-pks-akan-lulus-dengan-nilai-terbaik-546363.html
0 komentar:
Posting Komentar