"Harmonisasi Dakwah"
oleh : Diana Nurhazah
Setiap kita pernah mendengarkan
lagu/musik atau senandung apapun, mengapa kita bisa menikmatinya? jawabnya
adalah karena ada harmonisasi dalam nada lagu yg dimainkan.
Adakah hubungan antara musik
dengan dakwah? Kalau da’wah kita ingin produktif, kita bisa belajar dari ketiga
jenis alat musik: piano, gitar, dan
angklung.
Piano, secara bahasa artinya
lembut. Artinya dakwah yang kita sampaikan harus dengan cara yang lembut,
sehingga nyaman diterima.
Ketika kita memainkan musik maka
kita akan dapati yg disebut dengan tanda dinamik. Ada keras, tegas, lembut,
perlahan keras, dst
Kalau kita bermain piano atau
keyboard, maka kita pasti paham apa yg disebut soft touch. Ada nada-nada
tertentu yang cara kita memainkannya berbeda. Ada yang harus ditekan dengan
keras, ada juga yang cukup dengan sentuhan lembut. Demikianlah da’wah ini.
Tidak bisa selalu lembut dan tidak harus selalu keras.
Bagaimana dengan Gitar?
Gitar adalah salah satu alat
musik bernada, yang bisa ‘memuat’ puluhan nada dengan berbagai oktaf. Umumnya,
gitar terdiri dari enam senar. Dari yang kecil hingga yg besar. Masing-masing
senar memiliki tugas dan fungsi. Senar kecil tidak bisa dijadikan utk nada
rendah (bass), karena memang bukan untuk itu ia ada. Pun sebaliknya,
masing-masing harus berperan sesuai fungsi dan posisinya. Dan biasanya pemilik
gitar men-stemp dulu gitarnya agar nyaman didengar.
Ketika senar paling bawah harus
berposisi sebagai nada 'MI' dengan oktaf tinggi, maka ia harus tetap di posisi
tsb. Tidak boleh ia naik ke nada yg lebih tinggi lagi, meski ia mampu
melakukannya. Sebab jika ia naik ke yang lebih tinggi, maka akan terjadi
dis-harmoni. Dan tentunya akan merusak alunan yang dihasilkan.
Ketika senar tsb setia dalam
posisinya, maka akan terciptalah harmonisasi. Sehingga akan menghasilkan
keindahan dan kenikmatan, baik bagi yang memainkan, maupun yang mendengarkan.
Demikian dengan da’wah ini,
masing-masing sudah punya posisi dan peran. Ketika semuanya memainkan peran
dengan baik, maka akan terciptalah harmonisasi. Sehingga akan menghasilkan
keindahan dan kenikmatan.
Lalu, bagaimana dengan angklung?
Memainkan angklung adalah potret
harmonisasi dan amal jama’i yang sempurna. Sebagaimana kita tahu, bahwa
angklung hanya ada atau menghasilkan satu nada. Untuk memainkan sebuah lagu,
kita tidak bisa hanya memainkan satu angklung saja. Sebab memang tidak ada lagu
yg terdiri dari satu nada. Secanggih apapun sebuah angklung, tetap saja ia
hanya menghasilkan satu nada saja.
Dalam sebuah ensambel atau
kelompok musik angklung, biasanya satu orang hanya bertanggung jawab atas satu
nada. Dia harus fokus konsentrasinya.
Begitulah da’wah, saudaraku...
Sehebat apapun kita, maka kita
tidak bisa berbuat banyak karena kita hanya bisa memainkan satu nada. Kita juga
tidak bisa seenaknya sendiri memainkan nada tersebut, karena bisa merusak
tatanan yang ada.
Kita butuh komunitas atau jamaah
untuk bisa menciptakan harmonisasi. Karena harmonisasi tidak akan pernah
tercipta dengan single fighter. Pastinya, setiap kita berharap agar da’wah ini
kan tetap langgeng dan terus berkembang. Tapi kita juga menyadari, bahwa hal
tersebut tidak bisa secara tiba-tiba terjadi. Sebab, persoalan-persoalan
internal maupun eksternal seringkali menjadi duri dalam da’wah.
Disinilah kematangan tarbawiyah
kita diuji, yaitu bagaimana kita menyikapi dengan bijak persoalan yg terjadi,
menyelesaikannya tanpa menimbulkan masalah yang baru. Kita harus melakukan apa
yg disebut part of solution, bukan part of problem.
Untuk itu, harmonisasi mutlak
dibutuhkan.Sebaik apapun sebuah pergerakan, jika diantara unsurnya terdapat
friksi-friksi yang ‘liar’, maka pergerakan tersebut bisa menjadi retak.
Kita harus melakukan harmonisasi
sebagai upaya mengoptimalkan potensi masing-masing lini da’wah dan
mengefektifkan sinergi antar lembaga. Harmonisasi mencakup pembagian atau
kerjasama peran, bidang garap, isu, obyek da’wah dan hal-hal lain, sehingga
tercegah kondisi tumpang tindih, kesenjangan atau saling memperlemah antar
elemen da’wah. Ketika kita sibuk, bukan kuantitas amanah yang mesti dikurangi,
tetapi kualitas dirilah yang harus dibenahi.
Demikian prinsip harmonisasi yang
mesti ada di setiap diri kita.
Sumber: pkspiyungan.org
0 komentar:
Posting Komentar