Setelah menyaksikan fakta
pesidangan dalam kasus kosupsi kuota import daging impor sapi yang disangkakan
kepada mantan presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq (LHI), dugaan adanya konspirasi
dalam kasus tersebut makin terkuak. Ahmad Fatanah yang memberikan kesaksiannya
dengan terang benderang menyatakan bahwa masalah yang dihadapinya saat ini
tidak ada kaitannya sama sekali dengan LHI, apalagi PKS. Ia juga menegaskan
bahwa dirinya juga bukan kader PKS, hubungannya dengan LHI hanyalah hubungan
pertemanan biasa.
Sebelum persidangan kasus ini
dimulai, sejumlah kejanggalan dalam penanganan kasus ini semakin menguatkan dugaan
konspirasi pada kasus kuota import daging sapi ini. Komentar dan tanggapan pun
tidak hanya dari internal PKS, tapi juga dari para pengamat, dan tokoh profesional
di bidang hukum. Dan untuk mengingatkan kembali kepada pada pembaca, berikut
kami kutipkan penyataan tokoh-tokoh tersebut:
Rinaldi Munir (Dosen ITB)
“Saya
menangkap kesan sepertinya drama KPK dengan PKS ini baru akan berakhir setelah
Pemilu 2014 (kayaknya lho).” katanya lagi.
La Ode Ida(anggota DPD)
”Terhadap
politisi PKS, terkesan KPK dan media sengaja mempermalukan para pelakunya.
Sebut saja, mulai dari tertangkapnya Presiden PKS M Luthfi Ishaaq dan pengusaha
yang dekat dengan PKS, Ahmad Fatanah, hingga kelanjutannya,”
Margarito (Pakar Hukum Tata
Negara)
“Ini saling sandera, uji-menguji. KPK jangan dijadikan instrumen politik. Kalau ini betul konspirasi betapa tidak bermoralnya bangsa ini,”
Ahmad Yani (Anggota DPR)
“Ini saling sandera, uji-menguji. KPK jangan dijadikan instrumen politik. Kalau ini betul konspirasi betapa tidak bermoralnya bangsa ini,”
Ahmad Yani (Anggota DPR)
“Terlalu
sulit bagi saya untuk mengatakan bahwa KPK tidak diskriminatif dalam penanganan
kasus korupsi,”
Jimly Ashhiddiqie (Mantan Ketua MK)
“Jangan
sampai begitu. Menegakkan keadilan itu kan sebagian juga seni. (Lutfhi) belum
diperiksa kok dijadikan sebagai tersangka. Bok ditunggu seminggu kalau memang
ada alat bukti. Ini kan soal kecerdikan. Jadi ini penegak hukumnya agak bodoh.
Bisa karena bodoh, bisa karena goblok. Ini bukan soal salah benar. Ini soal
seni. Dia tidak berseni,”
Rissalwan (Pengamat Sosial Politik
Universitas Indonesia)
“Kalau
mungkin ada pemikiran ini drama penghancuran, saya justru melihat ini potensi
sangat besar, titik balik bagi PKS untuk menang di 2014, karena ini adalah
tahun politik semua akan menjadi perhatian publik. Bayangkan kalau LHI tidak
terbukti, ini justru akan menjadi muatan kampanye yang sangat baik bagi PKS.”
Karni Ilyas (Presenter ILC=Indonesia Lawyer
Club)
Sejumlah
pengamat juga mempertanyakan predicate crime dari TPPU yang diterapkan kepada
LHI. Di antaranya adalah yang ditanyakan Karni Ilyas berkali-kali dalam acara
Indonesia Lawyer Club di TvOne. Namun, Johan Budi hanya menjawab dengan jawaban
mengambang, “Kita buktikan di pengadilan”
Yusril Ihza Mahendra (Mantan Menteri
Sekretaris Negara)
Rezim dzalim
dan begundal-begundalnya pandai mainkan sentimen publik untuk pojokkan
lawan-lawan politiknya. Dulu tuduh PKI, kini tuduh korupsi. Untuk membenarkan
tuduhannya, uang juga bermain bayar sana-sini, termasuk penggalangan opini
besar-besaran untuk sesatkan orang awam, Saya ingin ingatkan awam agar
hati-hati dengan jualan anti korupsi sekarang ini. Bisa-bisa maling teriak
maling.”
Prof. Teuku Nasrullah (Pakar Hukum Acara
Pidana)
“Jangan
gunakan hukum sebagai alat politik”
So… Bagaimana harusnya opini kita
ketika Fatonah sudah angkat suara yang sebenarnya? #BebaskanLHI
0 komentar:
Posting Komentar