Imam Ibnul Jauzi*
Demi Allah, saya membayangkan
masuk surga dan selamanya berada di sana, tanpa sakit, tanpa meludah, tanpa
tidur, tak ada penyakit mewabah, dan selalu sehat. Kebutuhan selalu terpenuhi.
Kenikmatan silih berganti setiap saat tiada batas. Hampir saya tidak percaya
jika syariat tidak menjabarkan dengan jelas dan gamblang keadaan surga.
Perlu disadari bahwa seluruh
kedudukan yang akan dicapai di sana sangat tergantung pada kerja keras setiap
orang di dunia. Adalah aneh jika banyak orang yang menyia-nyiakan setiap detik
waktunya dengan meiakukan hal-hal yang tiada berguna. Sebenarnya, satu tasbih
atau pujian kepada Allah saja akan merupakan tanaman kurma dalam surga yang
buahnya bisa dimakan sepanjang zaman. Wahai orang yang khawatir kehilangan itu
semua, teguhkanlah hati Anda untuk selalu berharap surga.
Wahai orang-orang yang selalu
resah dengan datangnya maut, bayangkanlah rasa getir kematian setelah Anda
dikaruniai kesehatan. Sesungguhnya, sejak roh Anda dicabut, bahkan sebelum roh
itu dicabut, tersingkaplah kedudukan manusia nanti di akhirat.
Akan sangat ringanlah manusia
yang telah tersingkap baginya kelezatan yang akan segera ia alami. Ingatlah
oleh Anda bahwa rasa takut akan datang saat ajal menjelang. Bersegeralah
beramal sebelum sang umur tenggelam dan tak lagi bisa menemani dalam perjalanan
abadi.
Merenunglah dan berusahalah
melihat perjalanan hidup orang-orang yarig sungguh-sungguh dalam menghadapi
kehidupannya. Itu akan banyak memberikan dorongan bagi pikiran untuk memperoleh
keutamaan dan taufik. Perlu Anda ketahui juga, andaikata Dia menginginkan
sesuatu untuk Anda, pasti Dia akan menyediakannya.
Adapun berteman dan bergaul
dengan orang-orang yang tidak tahu kabar keabadian dan hanya tahu kabar-kabar
dunia merupakan sebab utama timbulnya peryakit hati. Oleh karena itu, menjauh
dari keburukan-keburukan semacam itu adalah tindakan pencegahan yang akan
membuahkan keselamatan.
“Mereka hanya mengetahui yang
lahir saja dari kehidupan dunia; sedang tentang kehidupan akhirat mereka lalai”
(Ar-Ruum: 7)
فطنٍ بكل
مصيبة
في
ماله
وإذا يصاب
بدينه
لم
يشعر
"ia sangat perasa akan
musibah yang menimpa hartanya,
namun tidak sadar tentang musibah
yang menimpa agamanya"
*dikutip dari kitab "Shaidul
Khathir"
0 komentar:
Posting Komentar