Oleh: KH. Hilmi Aminuddin
Dakwah ini adalah proyeknya
Allah, dan kita hanyalah pelaksananya saja. Kalau langkah-langkah kita sesuai
dengan irsyadat (bimbingan) dan taujihat (arahan-arahan) rabbaniyyah wa-nnabawiyah (Rabb dan Nabi), kita akan dimenangkan oleh Allah SWT,
insya Allah…
Karena dengan selalu disiplin
terhadap manhaj rabbani, dengan taujihat rabbaniyyah,
irsyadat rabbaniyah yang diberikan Al-Qur’an dan sunnah, maka kita sebelum
dinilai menjadi pemenang di hadapan manusia, insya Allah telah dinilai menjadi
pemenang di hadapan Allah.
Ikhwan wa akhwat fillah… Meraih kemenangan
di mata Allah harus menjadi target utama dan pertama sebelum meraih kemenangan
menurut penilaian manusia. Na’udzubillah,
kalau meraih kemenangan menurut penilaian manusia, sementara kalah menurut
penilaian Allah, maka faqad khasira
khusraanan mubiina. Rugi serugi-ruginya.
Saya pernah menjelaskan rumusan
kemenangan rabbani yang sangat sederhana, seperti disampaikan oleh Imam Ahmad
bin Hambal yang mengatakan bahwa definisi kemenangan itu adalah ‘Maa laazumul haqqu qulubana’ artinya: “selama
kebenaran masih tetap kokoh di dalam hati kita.” Luzumul haq fi qulubina, itulah kemenangan. Itulah intishar. Itulah keberhasilan. Dalam
percaturan, pertempuran, apakah ma’rakah
siyasiyah, ma’rakah fikriyah, atau ma’rakah intikhabiyah, bentuknya apakah
Pilkada di Kabupaten, Kota, Provinsi, Pemilu Nasional, Legislatif atau
Presiden, pertama-tama yang harus diraih adalah kemenangan menurut penilaian
Allah.
Insya Allah, jika kita dinilai
Allah sebagai pemenang, Allah akan memberikan kemenangan yang dinilai oleh
manusia. Itu rumusan dasar yang harus kita pegang. Jangan sampai target
kemenangan-kemenangan pilkada atau pemilu nasional, membuat kita kalah menurut
perhitungan Allah SWT. Kalah karena godaan-godaan jabatan jadi gubernur,
bupati, walikota, bahkan presiden. Menang menurut manusia, kalau kemudian dalam
posisi itu adalah hasil kecurangan, kezaliman dan ketamakan, maka maghlub ‘indallah, itu kalah menurut
Allah.
Sebab ada inkhila-ul haq minal qalb, tercabutnya kebenaran dari hati.
Tercerabutnya amanah dari hati. Inkhila-ul
shidq, tercerabutnya kejujuran dari hati. Itu adalah kekalahan di sisi
Allah. Tentu semua itu tidak kita inginkan. Karena itu kader-kader yang sudah
memasuki lembaga-lembaga Negara, yang jadi gubernur atau wagub, atau walikota,
atau wakil, agar mempertahankan kemenangan di sisi Allah dalam posisi itu. Agar
tetap mustahiq (berhak) mendapatkan
kemenangan berikutnya di arena perjuangan dan pergaulan antar manusia. [ ]
0 komentar:
Posting Komentar