pengumuman

pengumuman
Home » » Dicari Politisi Zuhud

Dicari Politisi Zuhud

Written By Unknown on Jumat, 03 Mei 2013 | 09.11


Rasanya sulit membayangkan pada zaman materialistis seperti sekarang ini masih ada orang yang berkomitmen pada hidup zuhud. Sebab gaya kehidupan masyarakat umumnya lebih berorientasi pada dunia. Meraih sukses pun mau tidak mau harus berani nyerempet perkara subhat bahkan haram. Bagi mereka itu sah-sah saja, karena orang lain rata-rata begitu.

Namun benarkah keraguan yang sudah menjadi opini umum di atas? Opini bahwa orang zuhud adalah terbelakang, sulit bertahan hidup, sulit meraih kesuksesan, dekat dengan kefakiran, dan sentimen-sentimen negatif lainnya. Bila benar, artinya satu ajaran Islam yang mulia sudah tidak up to date lagi saat ini.

Atas dasar itu, kita perlu meluruskan apakah zuhud identik dengan miskin dan kere saja. lekat dengan keterbelakangan atau menjauhkan diri dari dunia secara totalitas. Ahli zuhud katanya tidak makan enak. Pakaian yang dikenakan kumal. Terlepas dari persepsi yang salah itu, perlu ditegaskan bahwa ahli zuhud adalah orang yang bertakwa. Alloh tidak akan menyia-nyiakannya.”…barangsiapa yang bertakwa kepada Alloh, Ia akan memberikannya jalan keluar.” (QS At-Talaq 2)

Zuhud Versi Ulama Rabbani

Pemahaman yang benar tentang hakikat zuhud sangat urgen hukumnya. Oleh karena itu, Imam Ibnu Jarir At-Thobari menyatakan bahwa mengutamakan pakaian dari wol daripada katun padahal ia mampu membelinya atau menjadi vegetarian dengan menolak konsumsi daging atas dasar menghindari syahwat adalah pendapat yang keliru. Beliau menyatakan demikian agar zuhud dipahami secara proporsional.

Alloh menyatakan: “Katakanlah: ‘Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Alloh yang telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezki yang baik?’ Katakanlah: ‘Semuanya itu (disediakan) bagi orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja) di hari kiamat.’ Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-orang yang mengetahui.” (QS. Al-A’raf: 32)

Dalam sebuah hadits riwayat shahabat Abul Abbas Sahl bin sa’ad As-Sa’idi ra, “Nabi didatangi seseorang lalu bertanya, ‘Wahai Rasulalloh, tunjukkan kepadaku suatu amal yang apabila aku mengamalkannya niscaya aku akan dicintai Alloh dan dicintai manusia.’ Rasululloh saw menjawab, ‘Zuhudlah pada dunia maka Allaoh akan mencintaimu, dan zuhudlah pada apa yang ada di tangan manusia, maka diapun aakan mencintaimu’” (HR. Ibnu Majah)

Hadits di atas dikomentari oleh para ulama. Yunus bin Maisarah berkata, ”Zuhud di dunia bukan dengan mengharamkan yang halal dan menyia-nyiakan harta, melainkan zuhud di dunia ialah hendaklah apa yang ada di tangan Alloh lebih meyakinkanmu daripada apa yang di tanganmu. Hendaklah keadaanmu saat kena musibah atau tidak tetap sama. Hendaknya keadaanmu saat dipuji dan dicela sama.” Adapun Al-Hasan Al-Basri menambahkan, ”Sungguh di antara kelemahan keyakinanmu adalah engkau lebih mempercayai apa yang kamu miliki daripada apa yang dimiliki Allah.”

Syaikh Abdu Hamid Al-Bilali berkata, “Zuhud sejati bukan dengan tidak makan, mengisolasi diri dari manusia, dan mengenakan pakaian tambalan. Zuhud yang benar ialah memahami hakikat dunia, lalu meletakkannya di tangan, bukan di hati, agar kita tidak sedih ketika gagal mendapatkan sesuatu di dunia ini.”

Imam Ibnu Al-Jauzi mengingatkan kaum Muslimin hakikat zuhud Nabi saw dan pergeseran makna zuhud yang terjadi, “Nabi saw makan apa yang beliau miliki. Jika punya daging, beliau memakannya. Beliau juga makan daging ayam. Favorit beliau adalah gula-gula dan madu. Tidak ada bukti beliau menolak makanan mubah.”

Zuhud Politik, Mungkinkah?

Salah satu karakteristik ajaran Islam adalah insaniyah, maknanya ajaran Islam diperuntukkan untuk kebaikan manusia dan mereka diberikan kemampuan oleh Yang Kuasa untuk mengaktualisasikan ajaran itu dalam kehidupan. Ajaran Islam bukan untuk para malaikat yang tidak ada beban taklif pada mereka. Islam adalah ajaran langit untuk manusia di bumi.

Zuhud adalah konsep langit yang diaktualisasikan di bumi. Seorang Muslim siapapun dia, apapun profesinya dituntut menjadikan zuhud sebagai pakaian ruhaninya. Termasuk para politisi yang di tangan mereka bergantung ribuan bahkan jutaan nasib rakyat. Kinerja dan kiprah mereka jadi acuan kebijakan publik. Bila tidak memiliki sifat zuhud, betapa sengsaranya nasib rakyat. Islam kaya akan kandungan konsep tentang etika dan moralitas kemanusiaan, termasuk etika dan moralitas politik. Karena itu, wacana politik tidak bisa dilepaskan dari dimensi etika dan moralitas. Melepaskan politik dari gatra moral-etis, berarti mereduksi Islam yang komprehensif dan mencerabut akar doktrin Islam yang sangat fundamental, yakni akhlak politik. Zuhud politik adalah akhlak atau moralitas itu sendiri.

Politisi Muslim yang berakhlak harus memiliki kualifikasi politisi Muslim yang ideal. Al-Imam Al-Mawardi, ahli politik Islam klasik ternama merumuskan syarat-syarat seorang politisi dalam Al-Ahkam As-Sultaniyah-nya sebagai berikut: Pertama, bersifat dan berlaku adil; Kedua, mempunyai kapasitas intelektual dan berwawasan luas; Ketiga, profesional; Keempat, mempunyai visi yang jelas; Keenam, berani berjuang untuk membela kepentingan rakyat. Senada dengan formulasi Al-Mawardi tersebut, Syaikh Ibnu Taimiyah dalam karyanya As-Siyasah Asy-syar'iyah menyebutkan, bahwa pemimpin politik harus mempunyai kualitas moral dan intelektual, adil, amanah (jujur) dan kapabel.

Bila seorang politisi Muslim telah menggenapi syarat-syarat di atas, maka ia telah mengaktualisasikan konsep zuhud politik. Sebab, bagaimana mungkin bisa disebut politisi zuhud bila dia bodoh, tidak punya visi ke depan, tidak amanah dan tidak profesional. Politisi seperti inilah layak disebut politisi busuk, politisi karbitan, abal-abal, jadi-jadian, dan segudang istilah negatif lainnya. Politisi zuhud hanya berbicara kinerja dan meraih prestasi juga tidak sibuk mencari aib orang lain, apalagi menari di atas penderitaan orang banyak.

Meluruskan Pemahaman Hakikat Zuhud

Para sahabat Rasul saw bekerja sebagaimana orang pada umumnya. Sebagian mereka adalah pengusaha sukses nan ulung. Sebagian lainnya berwiraswasta mengoptimalkan bakat yang ada. Mereka makan dari hasil yang halal. Mereka tinggalkan perkara subhat apalagi haram. Menjadi pengemis, bagi mereka bisa menghilangkan kemuliaan di mata Alloh dan makhluk-Nya.

Ahli zuhud layak berkompetisi merebut kekayaan dunia. Bahkan eksistensi mereka bisa menyelamatkan dunia dari kezaliman. Sebab, ahli zuhud memegang prinsip adil dan jujur, prinsip banyak yang ditinggalkan oleh kaum opurtunis dan pragmatis. Dengan dua prinsip itulah, ahli zuhud punya saham yang besar menciptakan keadilan bagi sesama.

Para Zahidin bisa saja memimpin perusahaan besar. Bisa juga bekerja sebagai buruk atau bisa sedang mengajar. Sifat zuhud layak dimiliki siapa saja dan di mana saja. Kaum zahidin bisa saja poltisi, pedagang, pengajar, dan tentara. Mereka bisa berada di kantor pemerintahan, universitas, pesawat, pasar, pabrik, sawah, kebun, dan jalan raya. Bukankah zuhud itu ada di hati? Selama meyakini karunia Alloh maha luas sedang aset kita serba terbatas, siapapun layak berpredikat zahid.

Pemaparan hakikat zuhud di atas bisa membantah opini keliru bahwa ahli zuhud tidak bisa menggenggam dunia layaknya kaum materialis dan sekuleris. Keterbelakangan tidak ada kaitannya dengan zuhud, bahkan tidak terkait dengan Islam itu sendiri. Islam datang memerangi keterbelakangan dan kebodohan, serta mengajak kepada kemajuan dan penguasaan ilmu pengetahuan.

Oleh: H. Habib Ziadi

Sumber: http://www.muslimdaily.net/berita/lepas/dicari-politisi-zuhud.html#.UYMNmZyOW2o
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Humas PKS Lotim
Copyright © 2011. PKS Gumi Selaparang | Lombok Timur - NTB - All Rights Reserved
Template Created by Mas Template
Proudly powered by Blogger