Jakarta – Upaya pemerintah untuk meyakinkan publik bahwa subsidi
bahan bakar minyak salah sasaran dan karenanya harus dicabut, nampaknya masih
jauh dari sukses. Survei yang dirilis Lembaga Survei Nasional (LSN), Senin
(27/5) mengungkapkan penolakkan masyarakat terhadap kenaikan harga BBM.
Masyarakat menilai, kenaikkan BBM pada Juni 2013 nanti ditunggangi kepentingan
politik penguasa.
“Masyarakat mencurigai kenaikkan
BBM dijadikan pintu masuk bagi pemerintah meluncurkan program Bantuan Langsung
Sementara Masyarakat (BLSM) menjelang Pemilu 2014,” kata Direktur Eksekutif
LSN.
“Program BLSM sarat muatan
politik praktis yang dianggap akan meningkatkan citra partai penguasa
pemerintahan,” katanya.
Awal Mei lalu, LSN melakukan
survei terhadap 1230 responden dari seluruh provinsi di Indonesia. Populasi
yang dipilih adalah penduduk Indonesia yang berusia 17 tahun ke atas atau belum
17 tahun, tapi sudah menikah. Berdasarkan survei ini, sebanyak 86,1 persen
responden secara tegas menolak kenaikan harga BBM. Hanya 12,4 persen responden
yang setuju terhadap kebijakan itu. Sisanya, 1,5 persen responden, menyatakan
tidak tahu.
Menurut Umar, mayoritas responden
yang tidak setuju rencana kenaikan harga BBM adalah masyarakat dari golongan
pendidikan dan penghasilan rendah. Sedangkan hampir seluruh responden yang
menyatakan persetujuannya berasal dari golongan masyarakat berpendidikan dan
berpenghasilan tinggi.
“Masyarakat yang menolak khawatir
kenaikan harga BBM akan semakin membebani ekonomi rumah tangga mereka.
Sedangkan yang setuju mengaku memahami alasan pemerintah untuk menaikan harga
BBM, meskipun mereka kurang yakin kebijakan ini dapat menyehatkan perekonomian
masyarakat,” kata Umar.
Umar memaparkan sejumlah alasan
kenapa dalam survei itu mayoritas responden menolak kebijakan ini. Ada tiga
alasan, ujarnya, yang diungkapkan para responden. Pertama, responden
mengkhawatirkan kenaikan harga BBM akan diikuti kenaikan harga barang kebutuhan
pokok lainnya sehingga akan memberatkan ekonomi masyarakat golongan tak mampu.
Kedua, kenaikan harga BBM tidak akan banyak membantu penyehatan fiskal seperti
yang direncanakan pemerintah. Alasan terakhir, responden berprasangka pemberian
program bantuan langsung kepada masyarakat sebagai kompensasi kenaikan harga
BBM hanyalah skenario politik.
Pada survei itu juga LSN meneliti
sikap masyarakat soal program Bantuan Langsung Sementara Masyarakat. Hasilnya,
51,7 persen responden setuju adanya program itu setelah pemerintah menaikan
harga BBM, sedangkan 47,2 persen menolak. “Uniknya, yang setuju program BLSM
ini adalah masyarakat yang menolak kenaikan harga BBM alias masyarakat dari
golongan tidak mampu. Sebaliknya yang menolak program itu adalah responden yang
cenderung setuju pada rencana kenaikan harga BBM,” kata Umar. (LES)
*Tajuk.co
0 komentar:
Posting Komentar