Bulaksumur Empat Research and Consulting (BERC)
Rilis Survei Jejaring Sosial dan Partai Politik
Partai politik tidak dapat dipisahkan dari jejaring sosial karna hal ini
sudah menjadi senjata baru bagi pemasaran partai politik kepada pemilih
khususnya pemula. Akhir-akhir ini banyak partai politik yang mengambil
tempat dijejaring sosial guna melakukan pemasaran jargon parpol maupun
proses rekruitmen politik. Dengan memanfaatkan kekuatan kader yang melek
akan teknologi informasi, biasanya partai politik menjadikan jejaring
sosial sebagai energi baru atau tim marketing politik (political
marketing). Hal ini telah terbukti dapat menarik simpati pemilih pemula
untuk dapat terlibat dan tertarik dengan partai politik tertentu.
Baru-baru ini Bulaksumur Empat Research and Consulting (BERC)
Yogyakarta, mencoba merilis hasil survey internal nya yang dilaksanakan
pada 5-10 Maret 2013 dengan metode wawancara via telpon kepada 410
responden penggunna jejaring sosial baik facebook maupun twitter.
Responden berasal dari mahasiswa diempat kota besar, Yogyakarta,
Jakarta, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Selatan. Nyaris hampir semua
responden (89,2%) menyatakan dapat mengenal partai politik melalui
jejaring sosial. Ini menunjukkan jejaring sosial mampu menaikkan
elektablitas partai politik di mata masyarakat umum dari semua golongan.
Hanya 5,1 persen yang menyatakan tidak mengenal, dan sisanya 5,9 persen
tidak tahu. Responden yang rata-rata berasal dari pemilih pemula
menilai jejaring sosial mampu memperkenalkan partai yang akan menjadi
kontestan 2014. Jejaring sosial juga mampu menjadi marketing partai
politik yang dapat menawarkan pelbagai program kerja maupun biografi
sebuah partai politik disemua sendi kehidupan masyarakat.
“Pemanfaatan Jejaring sosial akan mampu mengurangi biaya iklan politik yang sangat tinggi dan membuat parpol lebih fleksibel lagi dalam melakukan direct selling pada masyarakat mengenai beberapa program partai yang sedang dan akan digelar. Partai pun dinilai mampu lebih bersahabat dan terasa lebih mengetahui persoalan rakyatnya melalui jejaring sosial. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya responden mengetahui pelbagai agenda sebuah partai politik melalui informasi yang di berikan melalui jejaring sosial. Bahkan ada beberapa partai politik yang mampu menarik kader maupun pemilih pemula melalui jejaring sosial terlihat disini para pemilih pemula yang selama ini belum tertarik terjun ke dunia partai politik akhirnya tertarik ikut nimbrung dalam partai politik dan menjadi kader masa depan”. Jelas Bambang Arianto, Peneliti Politik di Bulaksumur Empat Research and Consulting (BERC) Yogyakarta
Gejala korupsi politik yang berakibat menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap partai politik membuat semakin membesarnya gejala deparpolisasi. Hal ini membuat partai politik harus merevitalisasi pencitraan sebuah partai politik pada publik dengan cara-cara yang santun dan merakyat tentunya. Tingkat kedikenalan partai politik atau elektabilitas juga bisa diubah melalui jejaring sosial. Terbukti jejaring sosial dapat mengubah keadaan elektabilitas beberapa partai politik peserta pemilu 2014. Partai Nasdem menjadi partai yang paling dikenal di masyarakat jejaring sosial sebesar 17,3 persen, disusul Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 16,1 persen, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) 15,7 persen, Gerindra 13,2 persen, Hanura 12,1 persen, Demokrat 7,9 persen, Partai Golkar 6,2 persen, Partai Amanat Nasional (PAN) 2,1 persen, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) 1,7 persen, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) 1,5 persen, Partai Bulan Bintang (PBB) 1,4 persen, Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI) 0,7 persen dan yang tidak memberikan jawaban sebesar 4 persen. Hasil ini telah membawa kita untuk mampu melakukan pemetaan kekuatan kader partai politik dikalangan pemilih pemula. Hanya partai Nasdem, PKS, PDIP dan Gerindra, yang sampai saat ini mampu dengan sangat rapi melakukan pemasaran politik dalam merebut pemilih pemula melalui jejaring sosial.
“Tapi perlu diingat survey ini tidak bisa menjadi jaminan kita semua, karna responden hanya diambil dari pengguna jejaring sosial, dan hanya berasal dari empat Provinsi. Tapi apa pun itu, setidaknya hasil survei ini telah membawa kita untuk dapat mengambil sebuah catatan penting bagi partai politik peserta pemilu 2014, bahwa parpol harus tetap menjaga proses regenerasi dan kaderisasi. Parpol yang dapat menarik simpati pemilih pemuda sebagai kader dan membangun militasi kader baik itu melalui sekolah partai ataukah sekolah politik itulah parpol yang bisa berjaya dimasa depan.” Jelas Bambang Arianto.
*sumber: Pres Release Bulaksumur Empat Research and Consulting (BERC) (Sabtu 27 April 2013)
0 komentar:
Posting Komentar