Ilustrasi: Gunung |
Seorang anak mengungkapkan rasa
penasarannya kepada ayahnya. “Yah, seperti apa sih rupa gunung itu?” Sang ayah
tidak menjawab. Ia hanya berkata, “Baiklah, kita berangkat menuju gunung. Akan
kamu lihat, seperti apa wajah gunung itu.”
Berangkatlah mereka berdua dengan
mengendarai mobil. Perjalanan lumayan lama, karena jarak antara tempat tingal
mereka dengan gunung terdekat bisa menghabiskan waktu empat jam dengan mobil.
Jarak yang lumayan jauh. Bahkan sangat jauh untuk ukuran seorang anak kecil.
Ketika perjalanan sudah menempuh
hampir separuh jarak, anak itu berteriak, “Hore, gunungnya sudah kelihatan.”
Dari balik kaca mobil, sebuah gunung membiru terlihat begitu anggun. Puncaknya
menjulang ke langit nan biru dan menembus awan putih. “Oh, indahnya gunung
itu,” ucap sang anak. Ia benar-benar kagum.
Mobil pun terus melaju. Jalan
yang ditempuh tidak lagi lurus dan datar, tapi berkelok dan naik turun. Wajah
gunung pun terlihat hijau karena dedaunan pohon mulai tampak walaupun
didomimasi warna hijau. Anak itu berujar lagi, “Oh, ternyata gunung itu
berwarna hijau. Ada pohon-pohon kecil yang menjalar.”
Sambil menikmati pemandangan
sekitar, anak itu pun menyanyikan lagu: “Naik-naik.. ke puncak
gunung..tinggi..tinggi sekali….” Hingga perjalanan berhenti pada sebuah dataran
yang sangat tinggi. Mereka sudah dipuncak gunung.
“Gunungnya mana, Yah?” tanya anak
itu keheranan. “Inilah gunung yang kamu cari, Nak. Tanah yang sedang kau injak,
inilah gunung yang kau lihat tadi,” jawab sang ayah sambil menunjuk ke tanah
yang menanjak dan menurun. Anak itu agak heran. “Ini? Tanah yang gersang ini?”
Sang ayah mengagguk pelan. Ia
menangkap warna kekecewaan yang begit dalam pada diri anaknya. “Anakku, mari
kita pulang. Mari kita nikmati wajah gunung dari kejauhan. Mungkin dari sanalah
kita bisa mengatakan bahwa gunung itu indah.”
*****
Ketika seseorang sudah menjadi
‘gunung-gunung’ di masyarakatnya. Di mana wajahnya bisa dilihat orang banyak,
suaranya didengar banyak orang; akan muncul rasa penasaran orang-orang yang
melihat dan mendengar tokoh baru itu. Mereka inging tahu, seperti apakah wajah
sang tokoh ketika dilihat dari dekat; perilakunya, kehidupan rumah tangganya,
dan hal-hal detil lainnya yang bisa disaksikan dari dekat.
Sayangnya, tidak semua ‘gunung’
yang terlihat indah ketika jauh, benar-benar indah di saat dekat. Para peminat
yang ingin dekat dengan ‘gunung’ itu pun harus kecewa. Ternyata, ‘gunung” yang
dari jauh tampak indah itu, menyimpan banyak cacat. Keindahannya semu.
Mari, kita bangun ‘gunung-gunung’
diri yang benar-benar indah. Baik dari jauh, apalagi dari dekat. Jangan biarkan
mereka yang semula kagum menjadi kecewa. Jangan sampai ada orang-orang yang
berujar persis seperti sang ayah bilang, “Anakku, mari kita menjauh. Mungkin
hanya dari kejauhanlah, kita bisa mengatakan bahwa ‘gunung’ itu indah…”
Sumber:
http://kaderisasi.pksjateng.or.id/index.php/read/news/detail/803/Tak-Seindah-Dari-Jauh
0 komentar:
Posting Komentar