Tanggal 13 Mei 2013, masyarakat
Nusa Tenggara Barat (NTB) secara kolektif telah menulis sejarah NTB di dalam
bilik-bilik pencoblosan pada pemilu gubernur. Namun demikian, kita semestinya
tidak terbuai dalam menikmati keberhasilan atau meratapi kegagalan. Saatnya
kita hapus semangat berkompetisi membela jagoan untuk kita sublim menjadi
semangat kebersamaan membangun bumi gora. Kalah menang soal biasa, persaudaraan
dan kebersamaan adalah prinsip utama. Saatnya kita berbenah, jaga diri untuk tidak
berlebihan dan himbau diri tidak lampaui batas.
Ingatlah pesan Imam Ali RA, “Cintailah orang yang kau cintai sekedarnya saja, siapa tahu pada suatu hari kelak, ia akan berbalik menjadi orang yang kau benci. Dan bencilah orang yang kau benci sekedarnya saja, siapa tahu, pada suatu hari kelak, ia akan berbalik menjadi orang yang kau cintai.”
Ada perbedaan mencolok dari
kampanye politik dibandingkan dengan kompetisi-kompetisi lainnya. Dalam olah
raga misalnya, pelari berlari sekencang-kencangnya hingga mencapai finish
paling pertama. Setelah jadi juara, dia sandang predikat itu selama-lamanya.
Pemain sepak bola bermain sebaik-baiknya dan cetak gol sebanyak-banyaknya. Jika
telah tampuk predikat juara, mereka jadi juara selama-lamanya. Apa yang diperagakan
dan buktikan dalam kompetisi merupakan hasil dari kerja kelas dan peluh selama
berlatih.
Terpilih menjadi pemimpin justru
sebaliknya. Setelah bersusah payah menjadi pemenang, saatnya mereka banting
tulang buktikan dan baktikan kegemilangan. Kemenangan dalam pemilihan bukan
jadi ukuran keberhasilan, namun kinerja setelah terpilih jadi satu-satunya
ukuran. Pemimpin dalam masyarakat ibarat hati di dalam jasad. Jika dia adil
maka makmurlah rakyatnya, jika dia dzolim maka hancurlah rakyatnya. Tanggung
jawab seorang pemimpin sedemikian luas, sebagaimana yang diilustrasikan oleh
Umar bin Khattab ketika dia berkata “Jika ada keledai yang tergelincir di
madinah, maka aku harus bertanggung jawab atasnya karena aku tidak membuatkan
jalan untuknya“. Maka sudah sepatutnya sebgai rakyat kita bantu dan sokong
bersama. Biarkan pemimpin terpilih melaksanakan program dan janji-janjinya.
Sebagai rakyat kita harus menaati, mengkritisi dan meluruskan jika ada yang
bengkok (salah). Semoga pemimpin yang kita pilih menjadi pemimpin yang adil dan
menjadi jalan kemakmuran masyarakat NTB.
Hari-hari terakhir ini, perhatian
dan konsentrasi kita tersedot pada kampanye pemilihan gubernur, kini saatnya
kita kembali ke realita sehari-hari. Patut diingat, bahwa perbaikan tidak hanya
menjadi tanggung jawab sang pemimpin, namun ditangan kita sendiri. Bukankan
termaktub dalam kitab Tuhan bahwa Dia tidak akan merubah keadaan suatu kaum
sehingga kaum itu merubahnya dengan tangannya sendiri? Kegemilangan dan
keberhasilan yang kita damba bukan serta-merta terjadi begitu saja, namun kita
rancang,bangun dan raih setiap hari hingga kita layak menyandangnya. Jika
tanggal 13 Mei 2013 NTB menciptakan sejarah baru pertama kali memiliki gubernur
dengan masa jabatan dua periode, maka kini saatnya kita ciptakan sejarah
kebangkitan rakyat NTB.
Orang bijak bilang,”Yesterday is
History, Tomorrow a Mystery, Today is a Gift, Thats why it’s called the
Present”. Dalam terjemahan bebasnya berarti “Kemarin adalah sejarah, besok
adalah sebuah misteri, hari ini adalah anugrah, itulah mengapa (hari ini)
disebut hadiah”. Imam Syafi’i Rahimullah mengatakan, “Waktu ibarat pedang, jika
engkau tidak menebasnya maka ialah yang menebasmu. Dan jiwamu jika tidak kau
sibukkan di dalam kebenaran maka ia akan menyibukkanmu dalam kebatilan.”
“Time Waits for No Man”, jika
tidak sekarang, kapan lagi?
Untuk Gubernur NTB periode
2013-2018, siapapun kelak yang ditetapkan secara resmi oleh KPUD, selamat
mengemban amanah berat ini!
Jayalah selalu bumi gora
tercinta.
Rahayu Pemban Selaparang!!!
Wallahu a’lam
Leuven, 15 Mei 2013
Muhammad Ro’il Bilad
*sasak.org
0 komentar:
Posting Komentar