Ngarat dalam bahasa sasak artinya
memelihara atau beternak, sedangkan Sampi adalah ternak sapi. Secara umum
Ngarat Sampi dapat diartikan sebagai kegiatan beternak sapi. Bagi sebagian
besar masyarakat di Pulau Lombok yang bermatapencaharian sebagai petani,
menjadi petani rasanya tidak lengkap tanpa beternak.
Ternak yang banyak dipelihara
oleh masyarakat sasak adalah sapi. Hubungan ini telah terbina sejak dulu,
antara ternak dan kegiatan bertani terkait erat dan tidak bisa dipisahkan satu
sama lain. Kebiasaan ini telah menjadi budaya yang kuat bagi masyarakat
pedesaan umumnya terutama petani-peternak di gumi (bumi) Sasak, Lombok,
propinsi Nusa Tenggara Barat.
Hubungan petani-peternak tidak
terlepas dari kesadaran yang tinggi terhadap arti dan manfaat yang telah
dirasakan selama bertahun-tahun. Ada dua
nilai hubungan yang begitu kuat, yaitu nilai fungsional dan ekonomis
Nilai fungsional ternak sapi
tidak terlepas dari pemanfaatan sapi dalam aktifitas kesehariannya sebagai
petani. Tenaga sapi diandalkan dalam menggarap sawah, kotorannya sebagai pupuk alami. Meskipun saat
ini pemanfaatan sapi untuk membajak sawah sudah mulai berkurang karena
kehadiran traktor, namun masih ada pula petani yang mengandalkan tenaga sapi dalam
membajak sawahnya. Harmonisasi kehidupan bertani dan beternak, hubungan manusia
dengan ternak (sapi) terjalin begitu dekat.
Arti ekonomis sapi bagi
petani-peternak selain telah berkembang
sebagai usaha rakyat yang telah terbukti relatif stabil dari pengaruh krisis
atau resesi ekonomi, sapi juga dianggap menjadi salah satu bentuk tabungan
“cash” yang sewaktu-waktu dapat digunakan karena pada umumnya mereka tidak
menabung di lembaga keuangan atau bank.
Seperti fungsi cek bagi masyarakat modern, sapi dapat diuangkan/dijual
dengan cepat. Ketika anak perlu biaya sekolah, keluarga sakit, biaya pesta,
biaya kebutuhan rumah tangga atau untuk keperluan lainnya.
Kesadaran arti ekonomis sapi bagi
orang tua dahulu sangat tinggi, sampai-sampai setiap anak dikhususkan “mengarat
sampi” di sela-sela kegiatan sekolah. Bagi anak-anak lelaki dibelikan peralatan
menyabit, keranjang rumput dan sebagainya serta diberi tanggungjawab memelihara
sapi. Orang tua menanamkan kedisiplinan agar anak selalu ingat bahwa selain tanggungjawab tetap
bersekolah, dan bermain, mengaji, tetapi
di lain waktu harus bertanggungjawab mengurus sapinya.
Degradasi Fungsi
Kehadiran teknologi pertanian
yang semakin canggih membuat peranan sapi lambat laun mulai berkurang. Tenaga
sapi mulai tergantikan oleh traktor karena dianggap lebih efisien baik dari
segi waktu dan biaya, meskipun tak jarang tenaga sapi masih menjadi andalan
petani terutama bagi yang memiliki lahan sempit dan tidak terjangkau oleh
traktor.
Dalam masa kekinian, meskipun
kegiatan bertani dan beternak lambat laun mengalami penurunan dan tergantikan
oleh kegiatan lain yang dipandang lebih menguntungkan, akan tetapi kegiatan
ngarat sampi masih sangat perlu dikelola dan dikembangkan terutama bagi
masyarakat pedesaan dalam upaya meningkatkan penghasilan dan taraf hidup.
Tuntutan pemenuhan kebutuhan
pangan asal hewan sebagai sumber protein hewani masyarakat dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan dan kesadaran
masyarakat akan arti penting pemenuhan gizi keluarga, disamping peningkatan
pendapatan per kapita masyarakat. Kedua faktor ini memacu tingginya permintaan
daging dan dari segi permintaan, keadaan ini merupakan peluang besar bagi usaha
peternakan sapi. Petani peternak dapat berperan lebih besar dalam mengembangkan
ternak sapi sebagai suatu usaha yang menjajikan.
Ngarat sampi yang sudah menjadi
tradisi dan telah diwariskan oleh nenek moyang terdahulu dan dapat
dijadikan sebagai sebuah nilai atau
kearifan lokal dalam membangun dan mengangkat taraf hidup masyarakat, harus
dikembangkan menjadi sebuah usaha yang lebih produktif dan efisien baik dalam
skala usaha rakyat maupun dikembangkan menjadi usaha peternakan yang lebih
besar dengan pemanfaatan yang berorientasi agribisnis peternakan dengan
pemanfaatan teknologi peternakan, tata laksana pemeliharaan, teknologi pakan,
dan kesehatan hewan.
Tradisi beternak yang diwariskan
nenek moyang terdahulu mengandung nilai pembelajaran yang sangat berarti. Ada
pesan yang masih relevan dari pendahulu-pendahulu kita terutama bagi penduduk
desa, anak-anak muda, anak putus sekolah
bahkan mungkin bagi yang berminat berusaha di bidang peternakan untuk direnungkan kembali sehingga
kesejahteraan masyarakat tercapai. “Lamunte uwah arat sampi jak pastinte
sampe”, artinya kira-kira demikian, kalau sudah memelihara sapi pasti tujuan
kita sampai (maksudnya naik haji). Naik haji bagi masyarakat sasak merupakan
sebuah lambang kemakmuran atau kesejahteraan.
Oleh: Suryatman wahyudi
Dokter Hewan Dan Bertugas Di
Puskeswan Selong-Lotim
Blog: http://drhyudi.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar